Selasa, 17 Mei 2011

Hizbullah (hezbollah)

Dalam Artian
Hizbullah (Bahasa Arab: ‮حزب الله‬ Hezbollah, Bahasa Indonesia: "Partai Allah / Partai Tuhan") adalah organisasi Politik dan Paramiliter dari kelompok Islam Shi'a didirikan pada tahun 1982 yang berbasis di Libanon. mempunyai pengaruh besar dalam politik Libanon dengan memberikan pelayanan sosial, mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, membuka daerah pertanian serta perlayanan lainnya untuk ribuan warga Shia'a Libanon dan dianggap sebagai cermin gerakan perlawanan di bagian besar dunia Arab dan Muslim dunia. Namun demikian, kelompok ini dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Israel, Kanada, dan Belanda.
Pada awalnya para pemimpin Hizbullah mengatakan bahwa gerakan ini bukanlah sebagai sebuah organisasi, oleh karena itu tidak mempunyai kartu anggota, hiraki kepemimpinan dan struktur organisasi yang jelas.
Hisbullah mempunyai majalah mingguan Kabdat Alla serta penyiaran satelit, radio Al Nour dan televisi Al-Manar yang pernah melakukan penyiarkan 29 bagian episode mengenai konspirasi Yahudi di seluruh dunia dengan judul Al-Shatat yang diklaim oleh sementara pihak sebagai alat agitasi dan propaganda yang bersifat menyebarkan Antisemitisme dan 3 bulan kemudian setelah penyiaran Al-Shafat sebuah lembaga Jerman bernama Friedrich Ebert Stiftung (FES) pusat pemikir yang dekat dengan Partai Sosial Demokrat Jerman (German Social Democratic Party - SPD) bersama-sama dengan Hizbullah "research department" membuat konferensi bersama di Beirut dengan tema "The Islamic World and Europe: From Dialogue to Agreement"
Pemimpin gerakan Hizbullah, Hassan Nasrallah,mengatakan bahwa ancaman-ancaman perang yang dilontarkan oleh Israel hanyalah sekedar perang psikologis, dia memprediksikan bahwa peperangan sama sekali tidak tengah mengancam.


Israel Ancam Hizbullah

Ancaman Israel hanyalah bagian dari perang psikologis yang ditujukan untuk mencegah Hizbullah agar tidak sampai bergabung dengan pemerintah bersatu Libanon, demikian disampaikan oleh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Berbicara pada peringatan tahunan perang Hizbullah-Israel pada tahun 2006 lalu, Nasrallah mengatakan bahwa kelompok tersebut saat ini sangat mampu untuk menyerang kota Israel manapun.

"Saat ini, kami sangat mampu untuk menyerang kota atau desa manapun di Israel," kata Nasrallah. Dia juga menjanjikan sejumlah kejutan yang siap menghadang Israel jika Israel sampai meluncurkan perang baru di Libanon. Namun, Nasrallah tidak menjabarkan lebih lanjut perihal kejutan tersebut.

Nasrallah, yang tampak pada sebuah layar lebar dari tempat persembunyiannya, berbicara kepada ribuan orang pendukung yang melambaikan bendera Hizbullah warna kuning, para simpatisan Hizbullah tersebut berkumpul untuk melakukan aksi unjuk rasa di wilayah Beirut selatan. Dia mengatakan bahwa peringatan yang diberikan Israel baru-baru ini sama sekali bukanlah pertanda bahwa Israel berencana untuk menyerang dalam waktu dekat.

Minggu lalu, menteri pertahanan Israel, Ehud Barak, memperingatkan Libanon bahwa dengan meningkatnya kekerasan di wilayah utara, Israel bukan hanya akan menyerang Hizbullah, namun seluruh negara Libanon.

"Kami tidak menginginkan peperangan, namun kami tidak takut untuk berperang, dan kami mengatakan kepada kalian (Israel), jika sampai kalian mengebom Beirut atau wilayah sekitarnya, maka kami tidak akan segan-segan meledakkan Tel Aviv," Nasrallah mengancam balik.

"Kami tidak merasa bahwa akan ada perang baru Israel di Libanon dalam waktu dekat," kata Nasrallah dalam sebuah wawancara televisi yang disaksikan oleeh ribuan orang simpatisan Hizbullah yang berkumpul di daerah sebelah selatan Beirut yang merupakan markas kelompok tersebut.

"Saat ini, kami berada dalam keadaan yang jauh lebih prima dibandingkan dengan tiga tahun yang lalu," kata Nasrallah.

Levanon, juru bicara kementerian luar negeri Israel, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pidato Nasrallah hanyalah sebuah pidato yang dirancang untuk "konsumsi lokal".

"Saya rasa, (pidato Nasrallah) hanyalah untuk konsumsi lokal, pidato tersebut diucapkan karena setiap kali Hassan Nasrallah merasa bahwa dirinya tengah berada dalam kesulitan, maka dia akan berpaling kepada Israel dan mulai melontarkan ancaman."

"Kami tengah menghadapi sebuah situasi yang aneh. Kami melihat Hizbullah memiliki persenjataan berat, senjata dari Iran dan Syiria, sementara Libanon, pihak berwenang dan pemerintahnya, sama sekali tidak mengatakan apapun."

Perang 33 hari antara Israel dan Hizbullah pada musim panas tahun 2006 mengakibatkan pembantaian lebih dari 1.200 orang warga sipil Libanon, sepertiga diantaranya adalah anak-anak.

Konflik tersebut telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur kota dan menarget markas besar Hizbullah di Libanon selatan dan daerah pingiran sebelah selatan kota Beirut sebelum akhirnya diakhiri dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB pada tanggal 14 Agustus 2006.

Pada hari Senin, Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel, memperingatkan bahwa pemerintah Libanon akan dinyatakan bertanggungjawab atas segala bentuk serangan terhadap Israel yang berasal dari wilayah Libanon jika Libanon nekad menyertakan Hizbullah dalam kabinet.

Namun Nasrallah mengatakan bahwa ocehan Netanyahu tersebut hanyalah perang psikologis dan diucapkan hanya untuk memecah belah partai-partai di Libanon, menghalangi terbentuknya kabinet baru dan mencegah agar Hizbullah tidak mampau ambil bagian dalam kabinet Libanon yang baru.

Tujuh minggu setelah dimulainya negosiasi pemerintahan baru Libanon, partai-partai pesaing menyetujui jumlah menteri yang akan diberikan kepada masing-masing blok politik, namun masih belum mencapai kata sepakat mengenai siapa saja yang akan mendapatkan posisi-posisi kunci sebagai menteri luar negeri, menteri keuangan, menteri dalam negeri dan menteri telekomunikasi. (dn/yn/ajz) Dikutip oleh www.suaramedia.com


Hizbullah Indonesia Siap Kirim 1.000 Relawan ke Palestina

Jemaah Muslimin (Hizbullah) Indonesia siap mengirim 1.000 orang relawan ke Palestina. Langkah tersebut diambil untuk membantu warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel.

"Saat ini kami sedang melakukan lobi-lobi intensif dengan beberapa dubes di Indonesia, dalam rangka mencari kemudahan visa untuk dapat masuk ke Palestina," ujar Imaamul Muslimin Hizbullah Indonesia, Muhyiddin Hamidy di Jakarta, Selasa (30/12).

Menurut Muhyiddin, tenaga relawan yang dikirimkan merupakan tenaga medis, serta tenaga serba guna yang dapat digunakan dalam memperbaiki infrastruktur yang rusak. "Rata-rata para relawan itu berpengalaman dalam menangani jatuhnya korban massal, sebab mereka sudah pernah membantu saat terjadi gempa di Yogyakarta dan tsunami di Aceh," lanjutnya.

Karenanya, Muhyiddin berharap supaya pemerintah dapat memberikan kemudahan dalam pengurusan visa agar para relawan dapat segera membantu warga Palestina.

"Karena kejadian ini bukan hanya urusan kaum muslim saja, tapi masalah kemanusiaan secara luas. Sebab di Palestina, khususnya di Yerusalem, itu muara dari beberapa agama, ada Islam, ada Kristen, Katholik, dan Yahudi," tutur Muhyiddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar